PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI INDONESIA
Perkembangan keperawatan di Indonesia juga dipengaruhi oleh kondisi sosial
dan ekonomi. Penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggis dan Jepang serta
situasi pemerintah Indonesia setelah merdeka mewarnai perkembangan keperawatan
di indonesia. Perkembangan itu pada hakikatnya dapat dibedakan atas dua masa
yaitu masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan.
1. MASA SEBELUM
KEMERDEKAAN
Pada masa pemerintahan kolonial belanda, perawat berasal dari penduduk
pribumi yang disebut Verpleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di jakarta yang
didirikan padda tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara belanda.
Usaha pemerintah belanda pada masa itu antara lain membentuk dinas kesehatan
tentara dan dinas kesehatan rakyat. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha
Deandeles mendirikan rumah sakit di semarang dan surabaya. Karena tujuannya
hanya untuk kepentingan belanda, maka tidak diikuti perkembangan keperawatan.
Sebaloknya, gubernur jendral inggis, Rafless, sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Semboyannya adalah kesehatan adalah milik manusia, ia
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi
antara lain mengadakan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien
gangguan jiwa serta memperhatikan kesehaatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kambali ke tangan belanda,usaha-usaha peningkatan
kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Pada tahun 1819 di jakarta didirikan
beberapa rumah sakit, salah satu di antaranya adalah rumah sakit stadverband
berlokasi di glodok jakarta barat.
Pada tahun 1919 rumah sakit ini di pindahkan ke salemba yang sekarang
bernama Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo (RSCM). Saat ini rscm menjadi rumah
sakit pusat rujukan nasional dan pendidikann nasional. Pada kurun waktu 1816
sampai 1942 berdiri beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan
zending protestan antara lain rumah sakit PGI Cikini, rumah sakit St Carolus
Salemba, rumah sakit St.Goromeus Bandung dan rumah sakit Elisabeth semarang.
Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit di atas,didirikan sekolah perawat.
RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, RSCM tahun
1912 ikut menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Itulah sekolah perawat
pertama di indonesia meskipun baru pendidikan okupasional.
Kekalahan
tentara sekutu dan kedatangan tentara jepang tahun 1942 sampai 1945 menyebabkan
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerja perawat pada masa
belanda dan Inggris sudah di kerjakan oleh perawat yang telah di didik, pada
masa jepang tugas perawat di lakukan oleh mereka yang tidak di didik untuk
menjadi perawat.
2. MASA SETELAH KEMERDEKAAN
a. Periode tahun 1945 sampai 1962
Tahun 1945 sampai 1950 merupakan
periode awal kemerdekaan dan merupakan masa transisi pemerintahan republik
Indonesia sehingga kedepan di maklumi jika masa ini boleh di katakan tidak ada
perkembangan. Demikian pula tenaga perawat yang digunakan di unit-unit
pelayanan keperawatan adalah tenaga yang ada,pendidikan tenaga keperawtan masih
meneruskan sistem pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan “perawat”
pemerintah belanda).
Perkembangan keperawatan secara
konseptual belum ada dan ini berlangsung sangat lama,karena baru pada dekade
80-an mulai tampak ada perkembangan. Hal ini dapat di ketahui dari tidak adanya
kejelasan konsep-konsep keperawatan di tambah tidak adanya pola ketenagaan
untuk pelayanan keperawatan, demikian pula pola pendidikan tenaga keperawatan.
Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan
keperawatan dari tahun 1945 sampai akhir tahun 1962-an masih berorientasi pada
keterampilan melaksanakan prosedur dan lebih pada perpanjangan tangan untuk
kegiatan-kegiatan layanan medis sampai adanya perubahan konsep tentang
keperawatan sebagai profesi tahun 1983.
Pendidikan tenaga keperawatan
berorientasi untuk memenuhi kebutuhan lokal rumah sakit tersebut dan tidak
berada pada sistem pendidikan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan di
mulai pada tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai di bangun untuk
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit dan balai pengobatan.
Pendidikan keperawatan dari awal kemerdekaan sampai tahun
1953 masih berpola padaa pendidikan yang di laksanakan oleh pemerintah Hindia
Belanda. Sebagai contoh, sampai dengan tahun 1950 pendidikan tenaga keperawatan
yang ada adalah pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum
mulo+3 tahun untuk mendapatkan ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk
perawat jiwa. Ada juga pendidikan perawat dengan dasar sekolah rakyat+4 tahun
pendidikan yang lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru pada tahun 1953 di buka sekolah
pengatur rawat dengan tujuan untuk menghasilkan tenaga keperawataan yang lebih
berkualitas. Namun, pendidikan dasar umum tetap SMP yang setara dengan mulo
dengan lama pendidikan 3 tahun. Pendidikan ini di buka di 3 tempat (yaitu di
Jakarta, di Bandung, dan di Surabaya), kecuali pendidikan perawat di Bandung,
keduanya berada dalam institusi rumah sakit.
Tahun 1955 di buka Sekolah Djuru
Kesehatan (SDK) dengan pendidikan dasar umum sekolah rakyat di tambah
pendidikan 1 tahun dan sekolah penganut kesehatan itu sebagai pengembangan SDK
di tambah pendidikan satu tahun. Di tinjau dari aspek perkembangannya sampai dengan
1955 ini tampak pengembangan keperawtaan tidak berpola ,baik tatanan
pendidikannya maupun pola ketenagaan yang di harapkan.
Tahun 1962 di buka akademi keperawatan
yaitu tenaga keperawatan dengan dasar pendidikaan umum SMA di Jakarta,di RSUP
Cipto Mangunkusumo yang sekarang berada di jalan kimia nomor 17 jakarta pusat.
Sekalipun sudah ada keinginan bahwa pendidikan tenaga perawat berada pada
pendidikan tinggi, namun konsep-konsep pendidikan tinggi belum kompak.
Hal ini dapat di tinjau dari
kelembagaannya yang berada dalam organisasi rumah sakit,kegiatan institusi yang
belum di mencerminkan konsep pendidikan tinggi yaitu kemandirian dan
pelaksanaan fungsi perguruan tinggi yang di sebut Tri Darma Perguruan Tinggi,
Di samping itu akademi keperawatan tidak berada dalam sistem pendidikan tinggi
nasional namun, berada dalam struktur organisasi intitusi pelayanan kesehatan
kesehatan yaitu rumah sakit. Demikian juga penerapan kurikulumnya yang masih
berorientasi pada keterampilan tindakan dan belum di kenalkannnya konsep-konsep
keperawatan.
b. Periode tahun 1963 sampai 1982
Pada masa tahun 1963 hingga 1982 tidak
terlalu banyak perkembangan di bidang keperawatan, sekalipun sudah banyak
perubahan dalam pelayanan, tempat tenaga Lulusan Akademi Keperawatan banyak di
minati oleh rumah sakit, khususnya rumah sakit besar.
c. Periode 1983 sampai sekarang
Pada tahun 1983 merupakan tahun
kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia, sebagai perwujudan loka karya di
atas pada tahun 1984 di berlakukan kurikulum nasional untuk diploma 3
Keperawatan. Dari sinilah perkembangan profesi keperawaatan Indonesia, yang
sampai saat ini masih perlu perjuangan, karena keperawataan di Indonesia sudah
diakui sebagai suatu profesi maka pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan
harus didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No
23 tahun 1992 tentang kesehatan,terutama pada pasal 32 yang berbunyi:
Ø Ayat 3: Pengobatan dan atau perawatan
dapat di lakukan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan atau cara
lain yang dapat di pertanggung jawabkan.
Ø Ayat 4: pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
Tenaga keperawatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk melakukan keperawatan sebagaimana diharapkan
tersebut harus dipersiapkan pada tingkat pendidikan tinggi.
· Tahun 1985 dibuka program study ilmu
keperwatan di fakultas kedokteran universitas kedokteran indonesia dan
kurikulum pendidikan tenaga keperawatan jenjang S1 juga di sahkan.
· Tahun 1992 merupakan tahun penting bagi
profesi keperawatan, karea pada tahun ini secara hukum pemberadaaan tenaga
keperawatan sebaga profesi diakui dalam undang-undang yaitu yang kenal dengan
undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan peraturan pemerintah tahun
1996 tentang tenaga kesehatan sebagai penjabarannya.
· Tahun 1995 dibuka lagi program study
ilmu keperawatan di indonesia, yaitu di Universitas Padjajaran Bandung dan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah jadi Vakultas perawatan.
· Tahun 1998 dibuka kembali program S1
keperawatan yang ketiga yaitu program study ilmu keperawatan di Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
· Kurikilum Nurs disahkan, digunakannya
kurikulum ini merupakan hasil pembaruan kurikulum S1 keperawatan
tahun 1985.
· Tahun 1999 Program S1 kembali
dibuka,yaitu program study ilmu keperawatan (PSI) di Universitas Airlangga
Surabaya, PSIK di Universitas Brawijaya Malang,PSIK di Universitas Hasanuddin
Ujung Pandang, PSIk Universitas Sumatra Utara, PSIK di Universitas Diponegoro
Jawa Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud no
129/D/0/1999 dibuka juga sekolah tinggi ilmu keperawatan (STIK) di ST. Karolus
Jakarta.
· Pada tahun ini juga (1999) kurikulum D3
keperawatan selesai diperbahaui desiminasikan serta diberlakukan secara
nasional.
· Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang registrasi praktik perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga
perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara profesional.
D. PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN
DAN PROSES PROFESIONALISASI
System pendidikan tinggi keperawatan
yang dikembangkan pada saat ini, ditunjukan untuk menjawab tuntutan dan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa depan, kususnya
terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam kesehatan dimasa depan dan
terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala aspeknya.
Pendidikan tinggi keperawatan harus
dapat menghasilkan berbagai keluaran sesuai dengan fungsi pokoknya, yaitu
fungsi pendidikan, fungsi riset Ilmiah, dan fungsi pengabdian kepada masyarakat
dalam bidang keperawatan.
Pengembangan dan pembinaan
pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi diarahkan untuk dapat
menghasilkan berbagai jenis ketenagaan keperawatan professional dengan berbagai
jenjang kemampuan, baik sebagai ilmuan maupun sebagai professional atau tenaga
profesi keperawatan. Untuk menghasilkan tenaga
profesi pada saat ini telah dikembangkan beberapa program pendidikan, yaitu
program pendidikan D-III keperawatan, program pendidikan Ners, program Magister
keperawatan dan program Spesialis bidang keperawatan.
Program pendidikan D-III keperawatan
menghasilkan ahli madya keperaawatan sebagai professional pemula atau tenaga
profesi pemula, yang memiliki sikap, tingkah laku, dan kemampuan melaksanakan
praktik keperwatan professional dasar sederhana (Basic Professional
Nursing Practice) Program pendidikan ners (semula program pendidikan
sarjana ilmu keperawatan), menghasilkan lulusan ners yang memiliki sikap dan
kemampuan sikap dan kemampuan professional (Professional competencies)
melakukan praktik keperawatan ilmiah dasar secara mandiri, dan berbagai
kegiatan ilmiah keperawatan.
Program pendidikan D-IV perawat
pendidik dibangun berdasarkan kebutuhan ketenagaan keperawatan pendidik yang sangat mendesak, dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pendidikan pada program pendidikan D-III keperawatan, yang
pada saat ini pertumbuhannya terjadi dengan sangat pesat.
Program pasca sarjana bidang ilmu
keperawatan, khususnya program magister ilmu keperawatan, telah dikembangkan 1
program studi yaitu program studi kepemimpinan dan menejemen keperawatan yang
ditumbuhkan di fakultas keperawan Universitas Indonesia. Secara bertahap
dibangun dan dibina kemampuan institusi pendidikan tinggi keperawatan, kususnya
yang melaksanakan program pendidikan ners dan pendidikan lanjut yang nantinya
akan meenjadi fakultas keperawatan, sikap dan kemampuan untuk melakuan berbagai
kegiatan ilmiah keperawatan, kususnya riset ilmiah.
Sehingga dimasa depan dapat
diharapkan bahwa system pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia tidak hanya
mampu menghasilkan lulusan, akan tetapi juga berbagai hasil riset ilmiah keperawatan, baik yang bersifat riset dasar maupun riset terapan.
Dalam rangka upaya mengembangkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia,
kususnya pelaksanaan pelayanan/asuhan keperawatan, riset ilmiah keperawatan
yang berhubungan dengan aspek sosio budaya dan spiritual sangat diperlukan agar
pengembangannya benar-benar terarah pada tuntutan kebutuhan dan penerimaan
masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu sejak awal
pengembangan system pendidikan tinggi keperawatan selalu ditekankan palaksanaan
tiga fungsi pokok secara terintegrasi, kususnya perhatian pada pelaksaan fungsi
riset ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperaawatan, dan
bukan semata-mata pelaksanaan fungsi pendidikan.
Dipahami benar bahwa membangun
kemampuan melakukan riset ilmiah keperawatan secara benar dan baik, merupakan
upaya berjangka panjang dan memerlukan perhatian kusus dan bersungguh-sungguh
oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan,
hal ini hendaknya disadari benar, dan langkah-langkah pengembangan nyata secara
bertahap dilakukan sehingga pada suatu saat fungsi riset ilmiah di institusi
pendidikan tinggi keperawatan dapat dilakukan dengan baik.
Fungsi pokok ketiga yang perlu juga
diperhatikan dan ditangani secara terintegrasi dengan pelaksanaan fungsi
pendidikan dan fungsi riset, adalah fungsi pengabdian kepada masyarakat dalam
bidang keperawatan.Berbagai jenis dan bentuk pengabdian kepada masyarakat,
mulai dari pelayanan kepada masyarakat dalam bidang keperawatan hingga
konsultasi dalam bidang keperawatan.
Dalam bidang fungsi ini termasuk
juga upaya mencari dan menetapkan model system pemberian pelayanan atau asuhan
keperawatan kepada masyarakat yang lazimnya menggunakan pendekatan dan tahapan
metodelogi riset ilmiah.Jika fungsi pokok ini dapat terlaksana, system
pendidikan tinggi keperawatan Indonesia telah mampu
melaksanakan tiga fungsi pokoknya secara keseluruhan, yaitu, pendidikan, riset
ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperawatan.
Program pendidikan baru dan pusat
pendidikan baru dalam pengenmbangan dan pembinaan system pendidikan tinggi
keperawatan dilaksanakan secara terarah, bertahap, berencana, dan terkendalikn
sehingga tidak timbul keguncangan yang dapat merugikan perkembangan
keperawatan sendiri yang selanjutnya dapat memperlambat proses profesionalisasi
keperawatandi Indonesia. Adanya keinginan-keinginan untuk tumbuh lebih cepat, hendaknya sedikit diredam, dan memperhatikan
kemampuan dalam pengadaan dan pembinaan berbagai sumber daya pendidikan yang
diperlukan.
Hal ini sangat perlu diperhatikan
agar pertumbuhan dan perkembangan keperawatan berjalan dengan baik, dan tujuan untuk mewujudkan keperawtan sebagai profesi di
Indonesia dapat tercapai dan bermakna bahwa proses profesionalisasi keperawatan
di Indonesia berlangsung secara baik dan terarah.
E. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Adanya perkembangan dalam teori
keperawatan dan meodologi keperawatan yang bersumber pada pergeseran pandangan
dan keyakinan tentang keperawatan, dan pergeseran dalah asuhan keperawatan,
merupakan tekanan utama terjadinya perubahan dalam pendidikan keperawatan.
Pendidikan keperaawatan yang tadinya
lebih bersifat berada di rumah sakit (hospital-Based), bergeser
kepada bentuk pendidikan yang berada di perguruan tinggi atau universitas
(University-based). Pendidikan keperawatan yang tadinya hanya bersifat
magang (Apprenticeship), bergeser menjadi pendidikan yang ditujukan
kepada penguasaan ilmu pengetahuan keperawatan dan metode keperawatan melalui
pendidikan dan latihan yang lama.
1. Orientasi pendidikan keperawatan
Orientasi pada ilmu pengertahuan dan
teknologi keperawatan dicirikan oleh kurikulum pendidikan yang mengikuti
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kususnya IPTEK bidang keperawatan, Kurikulum pendidikan diartikan tidak saja isi
pendidikan akan tetapi juga berbagai bentuk pengalaman belajar yang
memungkinkan peserta didik menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperlukan, serta memungkinkan terjadinya proses penumbuhan dan pembinaan sikap
dan keterampilan professional.
Orientasi kepada masyarakat atau
komunitas memberikan arahan bahwa kurikilum pendidikan disusun dengan bertolak
dari kompetensi yang diturunkan dari tuntutan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan (kesehatan dan IPTEK) di masa datang, dengan tetap memperhatikan
pandangan tuntutan keprofesian dalam bidang keperawatan.
Orientasi pendidikan kepada
masyarakat dicirikan juga dengan pengalaman belajar di masyarakat
(Community-based education), yaitu berbagai bentuk pengalaman belajar di
masyarakat, seperti pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar
lapangan (PBL).Kedua bentuk pengalaman ini adalah bentuk pengalaman belajar
yang sangat berpengaruh pada penumbuhan dan
pembinaan sikap serta keterampilan professional pada peserta didik.
2. Kerangka Konsep
Berdasarkan pandangan tentang
perawatan dan orientsipendidikan perawatan seperti yang diuraikan di atas,
pendidikan perawatan sebagai pendidikan professional disusun berdasarkan
kerangka konsep yang kokoh yang mencirikannya sebagai pendidikan
akademi-profesional.Isi pendidikan dan sebagai pengalaman belajar yang
dikembangkan ditunjukan untuk berbagai pengalaman belajar yang dikembangkan
serta sikap dan kemampuan professional sesuai yang dituntut oleh profesi
keperawatan.
3. Penguasaan ilmu pengetehuan dan
teknologi keperawatan
Seluruh rangkaian proses pendidikan
pada program pendidikan tinggi keperawatan harus ditata dan dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik memahami dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan
pelayanan/ asuhan keperawatan sesuai tuntutan profesi keperawatan (standar
professional), dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
Harus memungkinkan peserta didik
menguasai ”body of knowledge” yang diperlukan oleh
seorang perawat profeional, dan menguasai berbagai metode dan teknik
keperawatan yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.
4. Penyelesaian masalah
secara ilmiah
Dalam seluruh rangkaian pengalaman
belajar pada pendidikan tinggi keperawatan, secara bertahap dan terintegrasikan
sepenuhnya, ditumbuhkan dan dibina kemampuan untuk memecahkan masalah secara
ilmiah, termasuk penalaran ilmian (scientific reasoning). Penumbuhan dan
penalaran kemampuan ini juaga dikaitkan dengan tercapainya penguasaan proses
keperawatan (nursing process) oleh peserta didik yang merupakan pendekatan dan
penyelesaian masalah keperawatan secara ilmiah, termasuk pengambilan keputusan
klinis (cinical decision).
5. Sikap dan tingkah laku professional
Sikap dan tingkah laku professional
yang dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan
dan dalam kehidupan keprofesiannya, harus ditumbuhkan dan dibina sejak awal
proses pendidikan. Penumbuhan dan pembinaan kemampuan berfikir, bersikap, dan
bertindak professional, merupakan suatu proses panjang dan berlanjut,
terlaksana dalam suatu lingkungan yang sarat dengan peran (role model).
6. Belajar aktif dan mandiri
Kemauan dan kemampuan belajar aktif,
mandiri,dan mengarahkan belajar sendiri harus ditumbuh kembangkan sejak awal
proses pendidikan, menuju terbinanya
sikap dan kemauan belajar sepanjang hayat. Segala bentuk pengalaman
belajar dikembangkan dan dilaksanakan dengan berorientasi kepada peserta
didik (student oriented).
7. Pendidikan berada di masyarakat
Pendidikan atau pengalaman belajar
yang dikembangkan di masyarakat (community based learning) memungkinkan untuk
menumbuhkan dam membina sikap dan keterampilan profeional para peserta didik.
Melalui dua bentuk pengalaman yaitu
pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL),
ditumbuhkan dan dibina kemamauan
pengambilan keputusan klinik yang merupakan penerapan secara terintegrasi
kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etik dengan bertolak dari
masalah-masalah nyata di bidang keperawatan (nursing problem).
Di samping itu, bentuk-bentuk
pengalaman belajar ini yang pada dasarnya merupakan proses terjadinya
sosialisasi/adaptasi professional, peserta didik menjadi lebih mampu dan peka
dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di masyarakat, serta lebih
terampil dalam memanfaatkan berbagai sumber yang ada danprofesional untuk
melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan kepada masyarakat.
8. Kerangka Kurikulum Pendidikan
Sarjana Keperawatan
Dengan bertolak dariorientasi
pendidikan keperawatan, kerangka konsep pendidikan dn sikap serta kemampuan
perawat yang dituntut oleh masyarakat dan pembangunan di masa datang, khususnya pembangunan kesehatan,
disusun kerangka kurikulum pendidikan sarjana keperawatan. Dalam kurikulum
pendidikan sarjana keperawatan di masa datang akan terdapat beberapa sekelompok
ilmu yang melandasi pendidikan keperawatan dan kelompok yang melandasi ilmu
yang memungkinkan terjadinya perunahan perilaku peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan/direncanakan.
9. Berbagai Sumber Pendidikan yang
Diperlukan
Pelaksanaan pendidikan keperawatan,
kususnya program pendidikan sarjana keperawatan seperti yang diuraikan sepintas
di atas, memerlukan berbagai sumber pendidikan (educational resources) dalam
jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Staf akadeami yang merupakan
komponen terpenting dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan tinggi
keperawatan dari berbagai disiplin ilmu harus tersedia dan dikembangkan secara
terarah dan berlanjut.
Kelompok-kelompok ilmuan dari
berbagai kelompok atau disiplin ilmu yang mendukung pelaksanaan pendidikan
perawatan professional harus diberi kesempatan dan fasilitas cukup untuk secara
bersama mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperwatan.Melalui upaya
yang demikian ini dapat diharapkan tahap demi tahap terbentuk dan terbina suatu
masyarakat ilmiah keperawatan atau komunitas ilmiah keperawatan yang
selanjutnya dapat menciptakan iklim dan lingkungan yang kondusif untuk
pengembangan berbagai kegiatan ilmiah dalam bidang keperawatan.
Tersedianya dan dapat
dimanfaatkannya berbagai labolatorium, khususnya
labolatorium ilmu-ilmu boimedik dan labolatorium
keperawatan dasar merupakan hal yang mutlak diperhatikan. Pengajaran
ilmu-ilmu biomedik dengan penekanan dan pemahaman teori dan konsep-konsep ilmu
biomedik serta penalaran ilmiah perlu dipotong dengan bentuk pengalamaan
belajar praktik (PBP) di labolatorium yang memadai. Demikian pula
labolatorium keperawatan dasar, tempat ditumbuh kembangkannya keterampilan
dasar keperawatan harus ada dan memungkinkan pengalaman belajar praktik
dilaksanakan dan dikembangkan sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Berbagai lahan praktik tempat pengalaman belajar klinik dan pengalaman
belajar lapangan (serta berbagai pengalaman belajar lain) dilaksanakan, dibina
dan dikembangkan sedemukian rupa sehingga benar-benar memberi kesempatan pada
peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar nyata diperlukan .Lahan
praktik yang pada umumnya terdiri atas lebih dari satu fasilitas pelayanan
kesehatan/keperawatan, dekembangkan dalam satu kesatuan sebagai jaringan lahan
praktik.
Untuk menumbuhkan dan membinaa etik
professional diperlukan lingkungan belajar dengan iklim yang mendukung
terlaksananya latihan penalaran etik.Cukup banyak kejadian atau peristiwa yang
mengandung masalah etik, dan tersedianya cukup staf professional yang dapat
memberikan bimbingan dan latihan-latihan bagi peserta didik.
Lingkungan yang demikian ini adalah
lingkungan belajar klinik dan lingkungan belajar lapangan, disertai adanya
masyarakat profeional (professional Community) yang membina iklim keprofesian
(professional climate), sarat dengan klinis yang dapat dijadikan panutan atau
model peran (role model).Disamping itu perlu adanya kelompok yang secara terus
menerus melakukan pembahasan dan berupaya menyelesaikan masalah etik profesi
yang muncul.
F. JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan
masayarakat dan pembangunan kesehatan di masa datang, serta memperhatikan
tuntutan pembangunan keperawatan sebagai suatu profesi yang mendiri, system
pendidikan keperawatan (dengan pengertian dalam tatanan system pendidikan
tinggi), dikembangkan dengan jenis dalam berbagai jenjang pendidikan.
1. Program Pendidikan Diploma III
Keperawatan
Pada jenjang pendidikan, diploma III
bersifat pendidikan profesi, menghasilkan Ahli MAdya Keperawatan (A.Md.KEP)
sebagai perawat professional pemula.Pendidikan perawatan pada jenjang diploma
dikembangkan terutama untuk menghasilkam lulusan/perawat yang memiliki sikap menguasai
kemampuan keperawatan umum dan dasar.
Pendidikan pada tahap ini lebih
menekankan penguasaan sikap dan keterampilan dalam bidang keprofesian
dengan landasan pengetahuan yang memadai. Sebagai perawat generalis ia telah
memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan professional dalam keperawatan
sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan umum kepada masyarakat dengan
pedoman pada etika keperawatan.
Dalam menghadapi tuntunan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa datang, dengan keadaan dan tingkat
perkembangan yang diperkirakan sudah berbeda dengan yang ada pada saat ini,
perlu dipikirkan juga kemungkinan menghasilkan perawat dengan berbagai jenis
keahkian kusus yang diperlukan.Seperti kesehatan ibu-anak, atau
keperawatan kesehatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan kesehatan jiwa
dan keperawatan lansia (genontik).
Untuk menentukan apakah perawat
dengan keahlian kusus ini memang dibutuhkan, dan untuk menentukan keahlian mana
yang dibutuhkan, perlu dilakukan penelitian secara seksama dan mendasar dan
secara bersama oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap
perkembanganpendidikan tinggi keperawatan, pelayanan/asuhan keperawatan.
Dengan demikian, dapat dicegah
terjadinya penetapan jenis pendidikan yang tidak diperlukan, serta dapat
merugikan masyarakat dan perkembangan profesi keperawatan.Selanjutnya dapat
dicegah kemungkinan terjadinya benturan fungsi dalam melakanakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, kususnya pelayanan dan asuhan keperawatan.
2. Program Pendidikan Sarjana
Keperawatan
Pendidikan tahap ini bersifat
pendidikan akademik professional (Pendidikan Keprofesian), menekan pada penguasaan landasan keilmuan, yaitu ilmu
keperawatan dan ilmu-ilmu penunjang, penumbuhan serta pembinaan sikap
keterampilan professional dalam keperawatan. Pada jenjang pendidikaan
ini, menghasilkan perawat generalis,terdapat dua tahap program,yaitu tahap
program akademik yang pada akhir pendidikan mendapat gelar Akademik Sarjana
Keperawatan (S.Kp.) dan tahap program keprofesian yang pada akhir pendidikan
mendapat sebutan profesi “Ners”(Ns).
Pada jenjang pendidikan ini,
orientasi pendidikan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat
yang bermakna bahwa arah pengembangan dan pembinaan adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masyarakat. Kurikulum pendidikan di bangun dalam keraangka
konsep yang kokoh, yaitu :
a. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan
b. Memecahkan masalah secara ilmiah
c. Sikap, kemampuan dan tingkah laku
professional,
d. Belajar aktif dan mandiri,
serta
e. Belajar di masyarakat.
Kelompok ilmu yang terdapat dalam
kurikulum pendidikan, mencakup ilmu-ilmu dasar dan penunjang. Berbagai bentuk
pengalaman belajar dilaksanakan dan dikembangkan di dalam tatanan yang
revelan, khususnya pengalaman belajar praktik (PBP), pengalaman belajar klinik
(PBK),dan pengalaman belajar lapangan (PBL). PBK dan PBL dilaksanakan di dalam
tatanan pelayanan kesehatan, kususnya pelayanan keperawatan nyata yang ada, sedangkan
PBP dilaksanakan di dalam labolatorium keperawatan dengan fasilitas peralatan
labolatorium yang cukup.
Melalui kurikulum pendidikan yang
demikian, diharapkan dapat menghasilkan perawat yang mampu dan mau melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai yang dituntut oleh profesi keperawatan,dan menjawab
tuntutan kebutuhan masyarakat dan pengembangan kesehatan.
3. Program Pendidikan Megister
Keperawatan
Dalam menghadapi tekanan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan kebutuhan dan
permintaan masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat, pendidikan
pascasarjana dalam bidang keperawatan juga dikembangkan. Hal ini diperlukan
agar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan
melalui berbagai bentuk penelitian dapat dilaksanakan, dan selanjutnya
dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.Program
Pendidikan Megister Keperawatan yang saat ini adalah Program Megister Menajemen Keperawatan.
4. Program Pendidikan Spesialis Bidang
Keperawatan
Dalam memenuhi atau menjawab
kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa depan, dan bertolak pada
pandangan bahwa setiap saat dan tahap pengembangan perlu diupayakan untuk
meningkatkan revelensi dan mutu asuhan keperawatan kepada masyarakat, maka
dikembangkan pendidikan jenjang ini lebih merupakan pendidikan yang memperdalam
pengetahuan dan keterampilan keprofesian.
Sifat memperdalam ilmu pengetahuan
keperawatan, walaupun lebih mengutamakan ilmu keperawatan klinik, namun tidak dapat
dipisahkan sepenuhnya dengan perkembangan kelompok-kelompok ilmu dasar dan
penunjang, termasuk ilmu dasar keperawatan.
Jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan ini didasarkan pada tuntutan kebutuhan pelayanan keperawatan,
perkembangan ilmu keperawatan klinis.Dalam pengembangan jenjang pendidikan ini
dicegah terjadinya fragmentasi yang berlebih yang dapat merugikan masayarakat
dan pengembangan profesi keperawatan.
Penetapan jenis spesialisasi
seyogyanya dilakukan bersama-sama oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap
pengembangan pendidikan tinggi keperawatan, Pelayanan keperawatan dan
kesehatan, serta organisasi profesi keperawatan.
Program pendidikan spesialis bidang
keperawatan yang ada saat ini adalah program pendidikan spesialis maternitas
dan ke depan akan dikembangkan program spesialis lain yang sesuai dengan
kebutuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar